Senin, 30 November 2015

Kalender Kosmik dalam Hadits Rasulullah SAW


Sudah menjadi perbincangan yang cukup ramai di kalangan umat Islam tentang keniscayaan nubuat Rasulullah SAW. Belakangan hadits-hadits Rasulullah SAW banyak dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern; dari mulai sunah-sunahnya yang tenyata memiliki faedah tertentu bagi yang mengikutinya, hingga nubuat-nubuatnya tentang kondisi terkini berskala global telah tampak semakin nyata dimata umat Islam –yang memiliki pengetahuan tentang perkara yang dinubuatkan. Hal ini sekaligus sebagai bukti nyata kerasulan beliau.

Sesungguhnya rotasi gaya hidup Rasulullah SAW dari mulai bangun tidur hingga menjelang rehat adalah yang terbaik untuk diikuti. Allah SWT yang telah menjaminnya sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’sn Surat Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah.”

Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memberikan pedoman yang konkret bagi umat manusia pada umumnya serta umat Islam pada khususnya untuk menjalani kehidupan di dunia. Rasulullah SAW adalah contoh ideal sebagai manusia terbaik di akhir zaman. Dengan mentadzaburi sunah-sunahnya, maka akan didapati sebuah pola kehidupan yang proporsional untuk dapat diterapkan dengan tujuan memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat.

Bukti kerasulan nabi Muhammad SAW tak sebatas pada cara hidup sehat. Sebagian besar penemuan serta konsep-konsep ilmu pengetahuan modern yang terpercaya akan validitasnya, rupanya telah banyak diisyaratkan oleh nabi SAW dalam hadits-haditsnya sejak 14 abad yang silam. Begitu banyak ilmu pengetahuan yang terungkap pada era modern yang sejatinya telah terlebih dahulu dikabarkan oleh Rasulullah SAW, namun tulisan ini dikhususkan membahas secara umum tentang konsep kalender kosmik yang dipaparkan oleh Carl Sagan pada tahun 1980 dalam tulisannya yang berjudul “The Dragons of Eden” yang memiliki benang merah dengan hadits nabi Muhammad SAW. Artinya, konsep yang dibawa oleh Carl Sagan tentang kalender kosmik sejatinya telah diringkas dengan sangat lugas dalam sabda Rasulullah SAW.

Konsep Kalender Kosmik

Kalender kosmik dapat didefinisikan sebagai sebuah representasi dari luasnya sejarah alam semesta di mana 13,8 miliar tahun dirangkum menjadi 1 tahun saja. Angka 13,8 miliar merupakan revisi yang dilakukan oleh pembawa acara Neil deGrasse Tyson yang menggunakan konsep kalender kosmik yang sama pada sekuelnya tahun 2014, “Cosmos: A Spacetime Odyssey” memperbaiki angka 15 miliar yang dikemukakan oleh Sagan tahun 1980 pada halaman ke-9 dari tulisannya. Dalam skala ini, setiap detiknya berarti 438 tahun, setiap jamnya berarti 1,58 juta tahun, dan setiap harinya berarti 37,8 juta tahun.


Dalam tulisannya, Sagan berusaha memaparkan konsep kalender kosmiknya dengan mengkonversikan momen-momen besar yang terjadi sepanjang sejarah alam semesta –dari mulai fenomena Big Bang hingga zaman sekarang– ke dalam kalender kosmik yang terdiri dari 12 bulan saja. Sagan mengakui bahwa mustahil baginya untuk memaparkan setiap detil momen yang terjadi sepanjang sejarah alam semesta. Oleh karenanya, ia hanya menyoroti even-even yang secara optimal berpengaruh terutama terhadap peradaban umat manusia. Ia merangkum sejarah alam semesta dengan rincian sebagai berikut:



PRA-DESEMBER



Tanggal/Waktu
Peristiwa
1 Januari
Big Bang
1 Mei
Terbentuknya galaksi Bimasakti
9 September
Terbentuknya sistem tata surya
14 September
Terbentuknya bumi
2 Oktober
Terbentuknya batu tertua di bumi
9 Oktober
Fosil tertua (bakteri dan ganggang biru-hijau)
1 November
Perkembangan jenis kelamin
12 November
Fosil tanaman fotosintetis tertua
15 November
Eukariota (sel pertama dengan inti) berkembang


31 DESEMBER



Tanggal/Waktu
Peristiwa
31 Desember, 13:30
Munculnya kera (oleh Darwin diklaim sebagai moyang manusia)
31 Desember, 22:30
Manusia pertama
31 Desember, 23:00
Penggunaan alat-alat dari batu
31 Desember, 23:46
Awal penggunaan api
31 Desember, 23:56
Zaman es terakhir
31 Desember, 23:59
Lukisan gua pertama di Eropa
31 Desember, 23:59:20
Budaya bercocok tanam
31 Desember, 23:59:35
Peradaban Neolitikum (zaman batu muda)
31 Desember, 23:59:50
Dinasti Sumeria, Ebla dan Mesir; perkembangan ilmu astronomi
31 Desember, 23:59:51
Penemuan alfabet; kekaisaran Akkadia
31 Desember, 23:59:52
Aturan hukum Hammurabi di Babilonia; kerajaan zaman pertengahan Mesir
31 Desember, 23:59:53
Zaman perunggu; kebudayaan Mycenaean; perang Troya; kebudayaan Olmec; penemuan kompas
31 Desember, 23:59:54
Zaman besi; kekaisaran Assyrian; kerajaan Israel; penemuan Kartago
31 Desember, 23:59:55
Kekaisaran Asoka; dinasti Ch’in di China; zaman Pericles di Athena Yunani; kelahiran Buddha
31 Desember, 23:59:56
Geometri Euclid; Fisika Archimedean; astronomi Ptolemian; kekaisaran Romawi; Kelahiran Nabi Isa
31 Desember, 23:59:57
Kelahiran Muhammad SAW; penemuan angka nol dan desimal dalam aritmatika India; Roma Jatuh; penaklukan oleh Muslim
31 Desember, 23:59:58
Peradaban Maya; dinasti Sung di China; kekaisaran Byzantium; invasi bangsa Mongol; perang salib
31 Desember, 23:59:59
Renaissance di Eropa; pelayaran penemuan oleh Eropa dan dinasti Ming China; munculnya eksperimental Metode dan ilmu
31 Desember, 24:00:00
(detik terakhir / sekarang)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; munculnya budaya modern (globalisasi); pesawat Apollo; penjelajahan angkasa luar dan planet-planet; pencarian kehidupan cerdas di ruang angkasa.

Catatan:
Pemaparan peristiwa-peristiwa sepanjang sejarah alam semesta dalam kalender kosmik tersebut memungkinkan adanya perbedaan penulisan tanggal dan waktu yang bersifat wajar dari berbagai sumber. Hal ini disebabkan oleh perbedaan perhitungan yang terjadi di antara para pakar sejarah tentang rentan waktu terjadinya suatu peristiwa. Sehingganya beberapa sumber yang tidak menyajikan ulang tulisan Sagan, melainkan hanya menerapkan cara perhitungannya saja akan mungkin untuk mendapatkan hasil perhitungan yang berbeda dari yang dituliskan oleh Sagan.
Sebagai contoh, dalam situs Wikipedia menunjukkan tabel peristiwa seperti tabel di atas dengan fase-fase peristiwa yang lebih lengkap. Namun, terdapat perbedaan yang hampir menyeluruh dalam penetapan tanggal dan waktunya.
Contoh lain adalah buku “Petaka Akhir Zaman” karya Abu Fatiah Al-Adnani tahun 2015 yang juga mengutip artikel tentang kalender kosmik. Pada tulisan Abu Fatiah, terdapat perbedaan penetapan tanggal pada fase PRA-DESEMBER. Beliau juga merinci pembagian divisi peristiwanya.
Sedangkan pada tulisan ini, penyajian tabel peristiwa dalam kalender kosmik diperoleh dari hasil transliterasi atau menerjemahkan langsung tulisan Carl Sagan yang berjudul “The Dragons of Eden” pada halaman 10-11. Pada tulisan ini juga terdapat sedikit penambahan peristiwa, seperti peristiwa kelahiran nabi Muhammad SAW yang tidak dicantumkan dalam tulisan Carl Sagan.
Jika melihat penjabaran kalender kosmik oleh Carl Sagan di atas, maka akan dapat disimpulkan bahwa semua peristiwa yang mampu terekam oleh sejarah melalui catatan literatur yang ada adalah pada kisaran 10 detik terakhir dari kalender kosmik. Sedangkan berakhirnya abad pertengahan hingga saat ini telah terjadi kurang dari 1 detik kalender kosmik.

Carl Sagan juga membuat perbandingan dengan luas permukaan. Ia menyatakan bahwa jika kalender kosmik dibentang seluas lapangan sepak bola, maka sejarah peradaban manusia hanyalah seluas telapak tangan. Inilah yang menghasilkan sebuah kesimpulan; “Dunia ini sudah tua renta, sedangkan umat manusia masih sangat belia” (Sagan, 1980 Hal.8).

Singkatnya umur umat manusia yang hanya seluas telapak tangan jika dibandingkan dengan luas lapangan sepak bola sejatinya telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa hadits shahih:

“Jarak waktu antara aku diutus dan terjadinya kiamat seperti ini, beliau berisyarat dengan kedua jarinya lantas merenggangkan keduanya.” (HR. Bukhari: 6503 dan Muslim: 2950)

Dalam riwayat lain yang senada:

Dari Anas RA, bersabda Rasulullah SAW:

“(Jarak) antara aku diutus dengan hari kiamat adalah seperti ini. (Anas RA berkata, “Rasulullah SAW menggabungkan antara jari telunjuk dengan jari tengah.” (HR. Al-Bukhari: Ar-Raqaq, hadits no. 6504 [Fath Al-Bari (11/355)], Muslim: Al-Fitan wa Asyrath As-Sa’ah, hadits no. 2951 [Muslim bi Syarh An-Nawawi (9/279)])

Perbedaan pada kedua redaksi tersebut adalah pada posisi kedua jari Rasulullah SAW di mana pada hadits yang pertama Rasulullah merenggangkan kedua jarinya, sedang pada hadits yang kedua Rasulullah SAW menggabungkannya. Adapun perbedaan tersebut bukanlah sebuah perkara yang patut untuk diperdebatkan. Karena jika dianalogikan, ibarat seorang guru yang sedang mengajar di dalam kelas besar. Ketika sang guru mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya dengan jarak yang berdekatan, maka para siswa yang duduk pada barisan paling depan yang berdekatan dengan guru akan melihat jelas bahwa jari sang guru merenggang. Namun bagi siswa yang duduknya paling belakang akan memiliki sudut pandang yang berbeda.

Selanjutnya, apabila sejarah peradaban umat manusia hanya selebar telapak tangan, maka tak berlebihan jika Rasulullah SAW menggambarkan tentang jarak antara diutusnya beliau dengan hari kiamat adalah dua jari tangannya yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Fakta ini sekaligus menegaskan bahwa perhitungan kalender kosmos yang dipopulerkan pada abad ke-20 telah lebih dahulu disimpulkan oleh Rasulullah SAW pada abad ke-7. Wallahu a’lam bish shawab.

Selain itu, dalam kalender kosmik tertera bahwa jarak antara kelahiran Rasulullah SAW dengan akhir dari kalender kosmik hanyalah sekitar 3 detik saja. Rasulullah SAW juga telah mengisyaratkan perkara ini dalam haditsnya:

“(Jarak) antara aku diutus dengan hari kiamat adalah seperti ini dengan ini, hampir saja hari kiamat itu mendahuluiku” (HR. Ahmad: Musnad Al-Kufiyyin, hadits no. 18797 [Al-Musnad (4/380)]. Hadits ini mempunyai syahid (hadits yang mendukung kebenarannya) dalam hadits shahih)

Hadits tersebut menunjukkan betapa dekatnya hari kiamat dari diutusnya Rasulullah SAW. Sedangkan Rasulullah SAW diutus sudah 14 abad yang lalu dan umat manusia hari ini hidup pada detik terakhir kalender kosmik.

Jika 1 detik kalender kosmik mewakili 438 tahun, lantas berada di bagian manakah zaman sekarang? Di awal detikkah? Atau di akhir detik? Berikut ini perhitungannya:

Kalender kosmik dibandingkan dengan waktu sebenarnya:

1 hari              = 37,5 juta tahun
1 jam              = 1,56 juta tahun
1 menit           = 26.050 tahun
1 detik            = 434 tahun

Kasusnya adalah pada hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad di atas. Yakni jarak antara diutusnya Rasulullah SAW dengan sekarang yang dalam kalender kosmik direpresentasikan dengan angka 3 detik. Rasulullah SAW lahir pada 570 M, sedangkan beliau diutus ketika berusia 40 tahun. Berarti Rasulullah diutus pada 610 M.

Jarak antara Rasulullah SAW diutus dengan sekarang (tahun 2015) adalah:
1405 tahun harus diubah ke dalam satuan juta tahun terlebih dahulu:

Setelah itu, angka 0.001405 juta tahun diubah ke dalam satuan hari sesuai dengan ketentuan di atas (1 hari kalender kosmik = 37.5 juta tahun):

Selanjutnya, hasil tersebut diubah ke dalam satuan menit:


Kemudian diubah kembali ke dalam satuan detik:


Jika dibulatkan, maka akan didapati: 3 detik yang lalu. Jadi, Rasulullah SAW diutus 3 detik sebelum akhir kalender kosmik atau tepatnya pada 31 Desember pukul 23:59:57. Tiga detik sebelum pukul 24:00:00.

Apabila ketentuannya 1 detik dalam kalender kosmos setara dengan 438 tahun, maka 3 detik pada kalender kosmos setara dengan 1314 tahun (angka 1314 dihitung dari saat ini yaitu tahun 2015). Sedangkan Rasulullah SAW diutus sekitar 1405 tahun yang lalu. Maka sisa waktu untuk kalender kosmik tahun pertama adalah:


Melihat perhitungan di atas, 91 tahun tidak bisa dirangkum ke dalam 1 detik penuh kalender kosmos. Ini artinya umat manusia saat ini hidup di bagian akhir dari detik terakhir kalender kosmos atau bisa dikatakan bahwa waktu yang tersisa bagi umat manusia pada kalender kosmos hanyalah kurang dari 1 detik saja.

Pertanyaannya adalah, apakah berakhirnya kalender kosmos juga merupakan akhir dunia? Jawabannya tetap hanya Allah SWT semata yang memiliki pengetahuan tentang perkara hari kiamat. Bahkan malaikat dan Rasul pun tidak diberi pengetahuan oleh Allah melainkan hanya sedikit saja.

Namun jika menengok kembali hadits Rasulullah SAW di atas, maka eksistensi dunia ini sejatinya sudah tidak akan lama lagi. Carl Sagan sendiri tidak meyakini bahwa kalender kosmiknya akan mencapai tahun kedua. Ia mengatakan bahwa kalender kosmik tahun kedua sangat tergantung dengan kondisi spesies manusia saat ini. Ia memaparkan dengan spesifikasi biologi dalam bukunya dan menyimpulkan bahwasanya spesies manusia sejatinya telah mendekati kepunahan.

Segala perhitungan yang dipaparkan di atas tidaklah bersifat absolut. Karena sesungguhnya hanya Allah semata Yang Maha Mengetahui, Maha Benar lagi Maha Teliti. Namun, sudah seharusnya umat Islam meyakini akan kebenaran Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasulnya. Sebagai umat akhir zaman, umat nabi Muhammad SAW diberikan pengetahuan yang lebih luas tentang hari kiamat dibandingkan umat-umat sebelumnya. Ironisnya, kelebihan tersebut banyak diingkari serta diabaikan bahkan oleh umat Islam sendiri. Sedikit sekali umat Islam yang peduli dan memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan Rasulullah SAW mengenai dekatnya hari kiamat. Apakah karena besarnya keraguan akan kebenaran agamanya? Apakah karena sempitnya ruang untuk mengakses ilmu? Atau malah karena terlalu nyaman dengan kehidupan dunianya? Wallahu a’lam bish shawab.

Referensi:
Sagan, Carl. 1980. The Dragons of Eden. Ballantin Books. (Download The Dragons of Eden di sini)

1 komentar:

  1. Maha Besar Allah SWT. yang telah menciptakan alam semesta dan Maha Besar Allah yang akan menghancurkan dunia yg hanya seonggok cincin yg terdampar di gurun pasir sementara itu bumi hanyalah berada di bawah langit pertama diantara 7 lapis langit yg maha luas tak terhingga.

    Celakalah bagi manusia-manusia yg ingkar dan takabur.

    Subhanallah.

    BalasHapus