Rabu, 04 November 2015

Hakikat Perayaan Ulang Tahun


Ulang tahun merupakan hari kelahiran seseorang. Pada umumnya masyarakat merayakan hari ulang tahunnya dengan mengadakan pesta ulang tahun hingga syukuran. Merayakan hari ulang tahun menjadi sangat umum nan familiar di kalangan masyarakat hari ini. Hiasan kue ulang tahun yang diterangi cahaya lilin menjadi simbol yang amat popular untuk perayaan hari ulang tahun. Sebuah kejutan meriah dengan bingkisan-bingkisan kado dari kerabat dan teman dekat menambah antusiasnya perayaan. Meskipun identik dengan hedonisme, tak sedikit pula yang merayakan dengan alakadarnya saja seperti; dengan cukup memberi ucapan, mengerjai yang berulang tahun, atau cukup dengan memberi kado. Bagaimanapun bentuknya, perayaan ulang tahun seakan menjadi sebuah keharusan yang jika ditinggalkan cenderung berdampak pada masalah sosial. Belakangan, perayaan ulang tahun menjadi budaya masyarakat sekuler yang sepertinya jauh dari image religius. Berbagai kalangan tak terkecuali umat Islam pun ikut antusias dalam merayakannya.

Lantas, apakah dibenarkan jika umat Islam ikut berantusias merayakan ulang tahun ini? Karena perspektif masyarakat pada umumnya menganggap perayaan ulang tahun adalah bukan sebuah bentuk ritual keagamaan dari agama atau keyakinan tertentu. Namun, ada baiknya perspektif masyarakat luas tersebut dikaji lebih dalam lagi. Mari berpikir sedikit idealis! Tak seharusnya kita sebagai umat Muslim latah dalam mengikuti perkembangan zaman. Tapi pada kenyataannya, mayoritas Muslim hari ini latah dalam mengikuti perkembangan zaman yang semakin mengaburkan sekat-sekat antara yang haq dengan yang batil. Tanpa adanya proses filtering, umat Muslim menerima begitu saja nilai-nilai yang sejatinya menyimpang dari ajaran Islam namun disematkan dalam gaya hidup yang sekuler. Maka dari itu, dalam kasus perayaan ulang tahun ini perlu adanya kajian historis yang intens.

Sebenarnya, perspektif yang mengatakan bahwa perayaan ulang tahun bukanlah sebuah ritual keagamaan adalah sebuah anggapan yang cacat akan kajian historis. Jika kita menengok beberapa ratus tahun ke belakang, maka akan kita dapati bahwa asal mula perayaan ulang tahun merupakan sebuah ritual pemujaan yang dilakukan oleh masyarakat Yunani kuno terhadap Dewi Artemis. Dalam situs Wikipedia, penjelasannya yang bereferensi dari berbagai ahli sejaran Yunani menerangkan bahwa Dewi Artemis dalam mitologi Yunani kuno adalah Dewi perburuan, binatang buas, keperawanan dan perbukitan. Ia juga dipercaya sebagai pembawa dan penghalang penyakit pada wanita serta dianggap sebagai Dewi yang membantu proses kelahiran. Namun pada akhir periode Hellenistik, Dewi Artemis lebih dikenal sebagai Dewi kelahiran. Artemis juga dipuja sebagai Dewi Bulan yang dalam ritual pemujaannya, masyarakat Yunani kuno menggunakan kue berbentuk bulat dengan menempatkan sejumlah lilin di atasnya. Bentuk ritual seperti ini yang hari ini diadopsi oleh masyarakat dalam perayaan hari ulang tahun.

Dalam agama Yahudi, perayaan ulang tahun lebih dikenal sebagai bar mitzvah dan atau bat mitzvah. Bar mitzvah adalah sebuah ritual penanda untuk anak laki-laki yang telah menginjak usia 13 tahun, sedangkan bat mitzvah merupakan ritual yang sama pada anak perempuan yang telah berusia 12 tahun. Dalam hukum Yahudi, anak laki-laki yang telah berusia 13 tahun dan anak perempuan yang telah berusia 12 tahun dianggap telah wajib untuk melaksanakan hukum agama Yahudi –dalam Islam dikenal dengan istilah baligh. Orang-orang Yahudi biasanya mengamalkan ritual ini pada ulang tahun anaknya –yang ke-13 bagi anak laki-laki dan yang ke-12 bagi anak perempuan– atau beberapa hari setelahnya.

Sedangkan dalam agama kristen bentuk perayaan ulang tahun digambarkan dalam kitab injil Matthew 14:6 dan Mark 6:21. Pada ayat tersebut digambarakan Herod yang merayakan pesta ulang tahun bersama dengan kerabat dan keluarganya.

Pun dalam ajaran Hindu, penggunaan lilin adalah sebagai penghantar do’a yang dipanjatkan supaya dapat mencapai surga melalui asap dari lilin yang telah ditiup. Hal ini tentunya serupa dengan kebiasaan yang dilakukan ketika merayakan ulang tahun di mana seseorang yang berulang tahun membuat permohonan lalu kemudian meniup lilin.

Melihat latar belakan historis perayaan ulang tahun serta berbagai ritual keagamaan agama lain yang menyerupai perayaan ulang tahun tersebut, masihkah kita umat Islam enggan meninggalkan kebudayaan yang syarat akan kemusyrikan serta hedonisme tersebut? Padahal kita yakini bahwa Allah tidak akan pernah mengapuni dosa syirik selama-lamanya, kecuali dengan bertobat yang sebenar-benarnya tobat. Selain itu, ajaran Islam juga menekankan kepada para pengikutnya untuk menyelisihi agama lain. Bukan malah mengikutinya dengan alasan toleransi. Tidak ada toleransi tanpa batas dalam Islam. Selama itu tidak merusak Aqidah, maka itulah yang ditoleril. Namu jika berkaitan dengan Aqidah, maka begaimanapun alasannya harus ditinggalkan.

Muslim sejati seharusnya tidak latah dengan perkembangan zaman. Tidak ikut-ikutan budaya global tanpa mengetahui latar belakangnya. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al An’am ayat 116;

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti perasangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”

Kehidupan yang ideal bagi orang Muslim sejati adalah kehidupan Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21;

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah.”

Dengan demikian, sudah seharusnya umat Islam tidak larut ke dalam budaya atau kebiasaan jahiliyah yang seringkali kita anggap sebagai hal yang lumrah. Lagipula daripada kita merayakan ulang tahun yang terkesan hedon dan hura-hura bahkan syirik, alangkah lebih baik kita mengingat mati ketika kita menemui tanggal kelahiran kita. Sekedar mengucapkan pun sudah tak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Logikanya, pantaskah kita mengucapkan atau mengekspresikan kebahagiaan terhadap saudara kita yang setiap tahunnya semakin dekat dengan kematian? Karena sejatinya semakin bertambahnya umur kita, semakin dekat pula kita dengan kematian.
Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar