Ulang tahun merupakan hari kelahiran seseorang. Pada umumnya masyarakat
merayakan hari ulang tahunnya dengan mengadakan pesta ulang tahun hingga
syukuran. Merayakan hari ulang tahun menjadi sangat umum nan familiar di
kalangan masyarakat hari ini. Hiasan kue ulang tahun yang diterangi cahaya
lilin menjadi simbol yang amat popular untuk perayaan hari ulang tahun. Sebuah kejutan
meriah dengan bingkisan-bingkisan kado dari kerabat dan teman dekat menambah
antusiasnya perayaan. Meskipun identik dengan hedonisme, tak sedikit pula yang
merayakan dengan alakadarnya saja seperti; dengan cukup memberi ucapan, mengerjai
yang berulang tahun, atau cukup dengan memberi kado. Bagaimanapun bentuknya,
perayaan ulang tahun seakan menjadi sebuah keharusan yang jika ditinggalkan
cenderung berdampak pada masalah sosial. Belakangan, perayaan ulang tahun
menjadi budaya masyarakat sekuler yang sepertinya jauh dari image religius. Berbagai
kalangan tak terkecuali umat Islam pun ikut antusias dalam merayakannya.
Lantas, apakah dibenarkan jika umat Islam ikut berantusias merayakan ulang
tahun ini? Karena perspektif masyarakat pada umumnya menganggap perayaan ulang
tahun adalah bukan sebuah bentuk ritual keagamaan dari agama atau keyakinan
tertentu. Namun, ada baiknya perspektif masyarakat luas tersebut dikaji lebih dalam
lagi. Mari berpikir sedikit idealis! Tak seharusnya kita sebagai umat Muslim
latah dalam mengikuti perkembangan zaman. Tapi pada kenyataannya, mayoritas Muslim
hari ini latah dalam mengikuti perkembangan zaman yang semakin mengaburkan
sekat-sekat antara yang haq dengan yang batil. Tanpa adanya proses filtering,
umat Muslim menerima begitu saja nilai-nilai yang sejatinya menyimpang dari
ajaran Islam namun disematkan dalam gaya hidup yang sekuler. Maka dari itu,
dalam kasus perayaan ulang tahun ini perlu adanya kajian historis yang intens.
Sebenarnya, perspektif yang mengatakan bahwa perayaan ulang tahun bukanlah
sebuah ritual keagamaan adalah sebuah anggapan yang cacat akan kajian historis.
Jika kita menengok beberapa ratus tahun ke belakang, maka akan kita dapati
bahwa asal mula perayaan ulang tahun merupakan sebuah ritual pemujaan yang
dilakukan oleh masyarakat Yunani kuno terhadap Dewi Artemis. Dalam situs
Wikipedia, penjelasannya yang bereferensi dari berbagai ahli sejaran Yunani
menerangkan bahwa Dewi Artemis dalam mitologi Yunani kuno adalah Dewi
perburuan, binatang buas, keperawanan dan perbukitan. Ia juga dipercaya sebagai
pembawa dan penghalang penyakit pada wanita serta dianggap sebagai Dewi yang
membantu proses kelahiran. Namun pada akhir periode Hellenistik, Dewi Artemis
lebih dikenal sebagai Dewi kelahiran. Artemis juga dipuja sebagai Dewi Bulan yang
dalam ritual pemujaannya, masyarakat Yunani kuno menggunakan kue berbentuk
bulat dengan menempatkan sejumlah lilin di atasnya. Bentuk ritual seperti ini
yang hari ini diadopsi oleh masyarakat dalam perayaan hari ulang tahun.
Dalam agama Yahudi, perayaan ulang tahun lebih dikenal sebagai bar mitzvah dan atau bat mitzvah. Bar mitzvah
adalah sebuah ritual penanda untuk anak laki-laki yang telah menginjak usia 13
tahun, sedangkan bat mitzvah merupakan ritual yang sama pada anak perempuan
yang telah berusia 12 tahun. Dalam hukum Yahudi, anak laki-laki yang telah
berusia 13 tahun dan anak perempuan yang telah berusia 12 tahun dianggap telah
wajib untuk melaksanakan hukum agama Yahudi –dalam Islam dikenal dengan istilah
baligh. Orang-orang Yahudi biasanya mengamalkan ritual ini pada ulang tahun
anaknya –yang ke-13 bagi anak laki-laki dan yang ke-12 bagi anak perempuan–
atau beberapa hari setelahnya.
Sedangkan dalam agama kristen bentuk perayaan ulang tahun digambarkan dalam
kitab injil Matthew 14:6 dan Mark 6:21. Pada ayat tersebut
digambarakan Herod yang merayakan pesta ulang tahun bersama dengan kerabat dan
keluarganya.
Pun dalam ajaran Hindu, penggunaan lilin adalah sebagai penghantar do’a yang
dipanjatkan supaya dapat mencapai surga melalui asap dari lilin yang telah
ditiup. Hal ini tentunya serupa dengan kebiasaan yang dilakukan ketika
merayakan ulang tahun di mana seseorang yang berulang tahun membuat permohonan
lalu kemudian meniup lilin.
Melihat latar belakan historis perayaan ulang tahun serta berbagai ritual
keagamaan agama lain yang menyerupai perayaan ulang tahun tersebut, masihkah
kita umat Islam enggan meninggalkan kebudayaan yang syarat akan kemusyrikan
serta hedonisme tersebut? Padahal kita yakini bahwa Allah tidak akan pernah
mengapuni dosa syirik selama-lamanya, kecuali dengan bertobat yang
sebenar-benarnya tobat. Selain itu, ajaran Islam juga menekankan kepada para
pengikutnya untuk menyelisihi agama lain. Bukan malah mengikutinya dengan
alasan toleransi. Tidak ada toleransi tanpa batas dalam Islam. Selama itu tidak
merusak Aqidah, maka itulah yang ditoleril. Namu jika berkaitan dengan Aqidah,
maka begaimanapun alasannya harus ditinggalkan.
Muslim sejati seharusnya tidak latah dengan perkembangan zaman. Tidak ikut-ikutan
budaya global tanpa mengetahui latar belakangnya. Seperti firman Allah SWT
dalam Q.S. Al An’am ayat 116;
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang
yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti perasangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).”
Kehidupan yang ideal bagi orang Muslim sejati adalah kehidupan Rasulullah
SAW. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21;
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah.”
Dengan demikian, sudah seharusnya umat Islam tidak larut ke dalam budaya
atau kebiasaan jahiliyah yang seringkali kita anggap sebagai hal yang lumrah. Lagipula
daripada kita merayakan ulang tahun yang terkesan hedon dan hura-hura bahkan
syirik, alangkah lebih baik kita mengingat mati ketika kita menemui tanggal
kelahiran kita. Sekedar mengucapkan pun sudah tak sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Logikanya, pantaskah kita mengucapkan atau mengekspresikan kebahagiaan
terhadap saudara kita yang setiap tahunnya semakin dekat dengan kematian? Karena
sejatinya semakin bertambahnya umur kita, semakin dekat pula kita dengan
kematian.
Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar