Al-Kafirun, ayat 1-6
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
لَا
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
وَلَا
أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Katakanlah, "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan
menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah men]adi penyembah apa yang kalian sembah, dan
kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk
kalianlah agama kalian, dan untukkulah agamaku.”
Surat ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari
apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan surat ini memerintahkan untuk
membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk kemusyrikan.
Maka firman Allah Swt.:
{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ}
Katakanlah, "Hai orang-orang kafir.” (Al-Kafirun: 1)
mencakup semua orang kafir yang ada di muka bumi, tetapi
lawan bicara dalam ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir Quraisy. Menurut
suatu pendapat, di antara kebodohan mereka ialah, mereka pernah mengajak
Rasulullah Saw. untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu
mereka pun akan menyembah sembahannya selama satu tahun. Maka Allah Swt. menurunkan
surat ini dan memerintahkan kepada Rasul-Nya dalam surat ini agar memutuskan
hubungan dengan agama mereka secara keseluruhan; untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ}
Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. (Al-Kafirun:
2)
Yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka
ada-adakan.
{وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ}
Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
(Al-Kafirun: 3)
Yaitu Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Lafaz ma di sini
bermakna man. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ وَلا
أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ}
Dan aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah, dan
kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (Al-Kafirun:
4-5)
Yakni aku tidak akan melakukan penyembahan seperti kalian.
Dengan kata lain, aku tidak akan menempuh cara itu dan tidak pula mengikutinya.
Sesungguhnya yang aku sembah hanyalah Allah sesuai dengan apa yang disukai dan
diridai-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ}
dan kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. (Al-Kafirun: 5)
Artinya, kalian tidak mau menuruti perintah-perintah Allah
dan syariat-Nya dalam beribadah kepada-Nya, melainkan kalian telah membuat-buat
sesuatu dari diri kalian sendiri sesuai hawa nafsu kalian. Sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَما
تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدى
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan
apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (An-Najm: 23)
Maka Rasulullah Saw. berlepas diri dari mereka dalam semua
yang mereka kerjakan; karena sesungguhnya seorang hamba itu harus mempunyai
Tuhan yang disembahnya dan cara ibadah yang ditempuhnya. Rasul dan para
pengikutnya menyembah Allah sesuai dengan apa yang telah diperintahkan
oleh-Nya. Untuk itulah maka kalimah Islam ialah 'Tidak ada Tuhan selain Allah,
Muhammad adalah utusan Allah.' Dengan kata lain, tiada yang berhak disembah
selain Allah, dan tiada jalan yang menuju kepada-Nya selain dari apa yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw. Sedangkan orang-orang musyrik menyembah selain
Allah dengan cara penyembahan yang tidak diizinkan oleh Allah. Karena itulah
maka Rasulullah Saw. berkata kepada mereka, sesuai dengan perintah Allah Swt.:
{لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ}
Untuk kalianlah agama kalian dan untukkulah agamaku.
(Al-Kafirun: 6)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ
عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا
تَعْمَلُونَ
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku
pekerjaanku dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.”
(Yunus: 41)
Dan firman Allah Swt.:
لَنا أَعْمالُنا وَلَكُمْ أَعْمالُكُمْ
bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian.
(Al-Baqarah: 139)
Imam Bukhari mengatakan bahwa dikatakan: Untukmulah agamamu.
(Al-Kafirun: 6) Yakni kekafiran. dan untukkulah agamaku. (Al-Kafirun: 6) Yaitu
agama Islam, dan tidak disebutkan dini, karena akhir semua ayat memakai huruf
nun, maka huruf ya-nya dibuang. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain:
{فَهُوَ يَهْدِينِ}
maka Dialah yang menunjuki aku. (Asy-Syu'ara: 78)
Dan firman Allah Swt.:
{يَشْفِينِ}
Dialah Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara: 80)
Selain Imam Bukhari mengatakan bahwa sekarang aku tidak akan
menyembah apa yang kalian sembah, dan aku tidak akan pula memenuhi ajakan
kalian.dalam sisa usiaku, dan kalian tidak akan menyembah Tuhan yang aku
sembah. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيراً مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْياناً وَكُفْراً
Dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di
antara mereka. (Al-Maidah: 64)
Ibnu Jarir telah menukil dari sebagian ahli bahasa Arab
bahwa ungkapan seperti ini termasuk ke dalam Bab "Taukid
(Pengukuhan)" sebagaimana yang terdapat di dalam firman-Nya:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً إِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْراً
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ilu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah: 5-6)
Dan firman Allah Swt.:
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّها
عَيْنَ الْيَقِينِ
niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan
sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.
(At-Takatsur: 6-7)
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh sebagian dari
mereka —seperti Ibnul Juzi dan lain-lainnya— dari Ibnu Qutaibah; hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kesimpulan dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa ada
tiga pendapat sehubungan dengan makna ayat-ayat surat ini. Pendapat yang
pertama adalah sebagaimana yang telah kami kemukakan di atas. Pendapat yang
kedua adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lain-lainnya dari
ulama tafsir, bahwa makna yang dimaksud dari firman-Nya: aku tidak pernah
menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. (Al-Kafirun: 2-3) Ini berkaitan dengan masa lalu, sedangkan firman-Nya:
Dan aku bukan penyembah apa yang kalian sembah, dan kalian bukanpulapenyembah
Tuhan yang aku sembah. (Al-Kafirun: 4-5) Ini berkaitan dengan masa mendatang.
Dan pendapat yang ketiga mengatakan bahwa hal tersebut merupakan
taukid (pengukuhan kata) semata.
Masih ada pendapat lainnya, yaitu pendapat keempat; pendapat
ini didukung oleh Abu Abbas ibnu Taimiyah dalam salah satu karya tulisnya.
Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: aku tidak akan menyembah apa
yang kalian sembah. (Al-Kafirun:2) menafikan perbuatan karena kalimatnya adalah
jumlah fi'liyyah, sedangkan firman-Nya: Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kalian sembah. (Al-Kafirun: 4) menafikan penerimaan tawaran tersebut
secara keseluruhan, karena makna jumlah ismiyah yang dinafikan pengertiannya
lebih kuat daripada jumlah fi 'liyah yang dinafikan. Jadi, seakan-akan yang
dinafikan bukannya hanya perbuatannya saja, tetapi juga kejadiannya dan
pembolehan dari hukurn syara'. Pendapat ini dinilai cukup baik pula; hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Abu Abdullah Asy-Syafii dan lain-lainnya telah
menyimpulkan dari ayat ini, yaitu firman-Nya: Untuk kalianlah agama kalian, dan
untukkulah agamaku. (Al-Kafirun: 6) sebagai suatu dalil yang menunjukkan bahwa
kufur itu semuanya sama saja, oleh karenanya orang Yahudi dapat mewaris dari
orang Nasrani; begitu pula sebaliknya, jika di antara keduanya terdapat
hubungan nasab atau penyebab yang menjadikan keduanya bisa saling mewaris.
Karena sesungguhnya semua agama selain Islam bagaikan sesuatu yang tunggal
dalam hal kebatilannya.
Imam Ahmad ibnu Hambal dan ulama lainnya yang sependapat
dengannya mengatakan bahwa orang Nasrani tidak dapat mewaris dari orang Yahudi,
demikian pula sebaliknya. Karena ada hadis yang diriwayatkan dari Amr ibnu
Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:
«لَا يَتَوَارَثُ أَهْلُ مِلَّتَيْنِ شَتَّى»
Dua orang pemeluk agama yang berbeda tidak dapat saling
mewaris di antara keduanya.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Kafirun, segala puji bagi
Allah Swt. atas limpahan karunia-Nya.
SUMBER : TAFSIR IBNU KATSIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar