اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الَّذِيۡنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتۡ قُلُوۡبُهُمۡ وَاِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ اٰيٰتُهٗ زَادَتۡهُمۡ اِيۡمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُوۡنَ ۖ ۚ ﴿۲﴾ الَّذِيۡنَ يُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقۡنٰهُمۡ يُنۡفِقُوۡنَؕ ﴿۳﴾ اُولٰۤٮِٕكَ هُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ حَقًّا ؕ لَهُمۡ دَرَجٰتٌ عِنۡدَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ وَّرِزۡقٌ كَرِيۡمٌۚ ﴿۴﴾
(2) Sesungguhnya orang-orang yang beriman[1] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[2] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal. (3) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (4) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (Q.S. Al-Anfaal [8] ayat 2-4)
Alhamdulillah, sudah sepantasnya di setiap hembusan nafas kita senantiasa diiringi dengan syukur atas nikmat dan karunia Allah. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya, sesungguhnya manusia hanyalah makhluk yang lemah dan bodoh. Esensi syukur akan menjadi sangat penting bagi orang-orang yang memiliki keyakinan yang mantap.
Solawat beserta salam semoga tetap telimpahkan kepada Rasulullah Muhammad ﷺ. Beliaulah yang telah ditakdirkan Allah untuk menjadi suri tauladan bagi segenap umatnya. Beliau adalah manusia terbaik sepanjang zaman yang sudah sepantasnya menjadi panutan, idola, serta tolak ukur atas baik buruknya manusia.
Waba’du, sebagaiman telah diketahui bahwa Allah menurunkan kitab-Nya (Al-Qur’an) sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Oleh karenanya, wajib bagi umat manusia untuk berpegang teguh kepadanya. Seperti sebuah produk buatan pabrik yang berkualitas, pastilah akan dibekali dengan sebuah manual sebagai petunjuk penggunaan supaya dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar. Begitulah manusia dan kehidupannya. Manusia akan hidup dengan baik dan benar apabila kehidupannya senantiasa disandarkan pada manual yang telah Allah karuniakan yakni Al-Qur’an. Allah berfirman:
ذٰ لِكَ الۡڪِتٰبُ لَا رَيۡبَۛۚۖ فِيۡهِۛۚ هُدًى لِّلۡمُتَّقِيۡنَۙ ﴿۲﴾
Kitab[3]
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[4], (Q.S.
Al-Baqarah [2] ayat 2)Sedangkan interpretasi dan/atau penerapan yang paling sempurna adalah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Allah berfirman:
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا ؕ ﴿۲۱﴾
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab [33] ayat 21)Dengan demikian, jelaslah bahwa manusia khususnya umat Islam seyogyanya menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun hidupnya. Selanjutnya menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai refensi pokok dalam menerapkannya.
Namun demikian, sebagian manusia ada yang beriman dan ada pula yang ingkar. Bagi mereka yang beriman, mereka akan senantiasa berusaha untuk memperoleh pelajaran. Sedangkan bagi mereka yang ingkar, mereka akan menjauhinya.
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Namun keimanan bukanlah lebel yang terpajang di lisan semata. Keimanan yang hakiki ialah keimanan yang menghiasi kesemuanya, dari mulai hati, lisan, sampai perbuatannya. Sejatinya iman dimulai dari hati, lalu kemudian akan terpancar melalui lisan dan perbuatannya. Allah telah menetapkan beberapa ciri-ciri orang yang beriman dalam ayat-ayat-Nya yang mulia, beberapa di antaranya adalah dalam Q.S. Al-Anfaal ayat 2-4 yang tersebut di atas. Dalam ayat-ayat tersebut Allah telah mendeskripsikan ciri-ciri orang yang beriman dalam hal reaksi qalbunya serta dalam hal perbuatan-perbuatannya.
Di antara ciri-ciri orang yang beriman dalam ayat-ayat tersebut di awal adalah:
1. Apabila disebut nama Allah, bergetarlah hatinya
Di dalam Q.S. Al-Anfaal ayat 2 Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,”
Dalam tafsir Jalalayn dikatakan bahwa yang dimaksud orang beriman dalam ayat ini ialah yang sempurna imannya. Artinya, orang-orang yang keimanan atau keyakinannya telah mantap. Orang-orang yang mengaku beriman dan telah kuat keyakinannya apabila mendengar nama Allah, peringatan-Nya, serta ancaman-ancaman-Nya, maka akan bergetar hatinya karena takut.
2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, bertambah kuat imannya
Pada ayat kedua surat Al-Anfaal Allah berfirman:
“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),”
Salah satu tanda orang yang beriman ialah senantiasa mendapat pelajaran dari ayat-ayat Allah. Orang yang beriman sejatinya jika membaca ataupun diperdengarkan ayat-ayat Allah, maka seketika itu juga imannya akan bertambah kuat. Akan sangat berbeda dengan sifat orang-orang yang ingkar. Mereka (orang-orang yang ingkar), akan cenderung acuh apabila diperdengarkan ataupun diberikan hujjah kepadanya. Orang-orang yang ingkar ataupun yang condong pada keingkaran, mereka akan lebih banyak membantah jika mendengar ayat-ayat Allah.
3. Bertawakal hanya kepada Allah
Firman Allah dalam Surat Al-Anfaal ayat 2:
“dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal.”
Orang yang kuat keyakinannya, ia tidak akan berambisi terhadap urusan-urusan duniawi. Setiap perkara yang ia usahakan, ia senantiasa bertawakal kepada Allah tanpa sedikitpun membenci ketetapan yang akan Allah berikan atas usahanya. Ia senantiasa meyakini bahwa apa yang Allah tetapkan adalah yang terbaik.
4. Menjaga shalatnya
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Anfaal ayat 3:
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat”
Orang yang mengaku beriman kepada Allah, ia akan menyadari bahwa shalat adalah salah satu kebutuhan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia akan selalu menjaga shalatnya tanpa sedikitpun menganggapnya remeh. Ia menganggap bahwa shalat adalah momen dimana ia dapat berkomunikasi, memohon pertolongan, serta mengadukan segala permasalahan yang tengah dihadapi. Segenting apapun, ia tidak akan pernah mendahulukan urusan dunianya di atas shalatnya. Bahkan dalam beberapa kisah hidup seseorang, orang yang benar-benar beriman akan rela meninggalkan pekerjaannya sekalipun pekerjaannya tersebut sudah sangat menjanjikan baginya. Namun ia tidak akan pernah rela jika shalatnya ditukar dengan perkara duniawi. Hal ini sejatinya berlaku bagi semua mukmin baik laki-laki maupun perempuan. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 36:
وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٍ وَّلَا مُؤۡمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗۤ اَمۡرًا اَنۡ يَّكُوۡنَ لَهُمُ الۡخِيَرَةُ مِنۡ اَمۡرِهِمۡ ؕ وَمَنۡ يَّعۡصِ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيۡنًا ﴿۳۶﴾
“dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.”5. Menafkankan harta di jalan Allah
Di dalam Q.S. Al-Anfaal ayat 3 Allah berfirman:
“dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
Salah satu tanda orang yang briman kepada Allah dengan keimanan yang kuat ialah ia menyadari bahwa tujuan ia mencari harta adalah semata-mata untuk menopang penghambaannya kepada Allah. Ia tidak akan merasa berat untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah. Sebaliknya, ia akan merasa terbebani dengan harta yang melimpah sedangkan di belahan bumi yang lain masih terdapat hamba-hamba Allah yang hidup dalam segala kekurangan. Ia tidak akan membelanjakan hartanya kecuali untuk kepentingan pengabdiannya kepada Allah. Ia juga tidak akan menunda-nunda jika hartanya harus dikeluarga untuk menegakkan agama Allah. Orang yang benar-benar beriman lagi kuat imannya, ia akan menginfakkan semua hartanya di jalan Allah dan menyisakan sedikit saja untuk keperluan dirinya sendiri. Hal ini tentu akan sangat kontras dengan paradigma orang-orang yang masih terdapat keraguan di dalam hatinya. Orang-orang yang demikian tidak akan mau menginfakkan hartanya di jalan Allah kecuali hanya sedikit saja, sedangkan ia menimbun harta sebanyak-banyaknya untuk memenuhi hawa nafsunya sendiri. Mereka berangan-angan bahwa mereka akan taat dan patuh kepada syariat Allah setelah harta benda mereka dirasa cukup. Sehingga mereka terus mengejar dan mengumpulkan harta benda duniawi sampai dirasa telah cukup. Padahal jika mereka mengejar dunia ini, mereka tidak akan berhenti sampai mereka menjual agamanya.
Itulah beberapa ciri-ciri orang beriman yang Allah jelaskan dalam Q.S. Al-Anfaal ayat 2-4. Selanjutnya Allah meneguhkan kedudukan orang-orang yang memiliki ciri-ciri tersebut melalui firmannya dalam ayat selanjutnya yaitu ayat ke-4 dari Surat Al-Anfaal:
“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.”
Di dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa mereka (orang-orang yang memiliki ciri-ciri tersebut) adalah orang-orang yang benar-benar beriman dan tidak diragukan lagi keimanannya. Allah menjanjikan kepada mereka derajat yang tinggi di sisi-Nya, ampunan, serta nikmat yang mulia di surga. Allah mengajarkan kepada manusia tentang hakikat dan ciri-ciri orang yang beriman dalam ayat-ayat ini.
Demikianlah, hendaknya orang-orang yang mengaku telah beriman merenungkan ayat-ayat tersebut. Sudahkan mereka memenuhi ciri-ciri yang diterangkan dalam ayat-ayat tersebut? Ataukah sejatinya belum beriman dengan sesungguhnya dan hanya sekedar Islam? Apabila ciri-ciri tersebut belum ada pada diri seseorang, maka hakikatnya belum sempurna imannya. Mereka masih tergolong lemah aqidahnya. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 14:
قَالَتِ الۡاَعۡرَابُ اٰمَنَّا ؕ قُلْ لَّمۡ تُؤۡمِنُوۡا وَلٰـكِنۡ قُوۡلُوۡۤا اَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ الۡاِيۡمَانُ فِىۡ قُلُوۡبِكُمۡ ۚ وَاِنۡ تُطِيۡعُوا اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ لَا يَلِتۡكُمۡ مِّنۡ اَعۡمَالِكُمۡ شَيۡـًٔــا ؕ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ ﴿۱۴﴾
“orang-orang Arab Badui itu berkata:
"Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi
Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu;
dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."Itulah ketetapan Allah dalam ayat-ayat-Nya yang mulia. Itulah Al-Qur’an yang lebih dari cukup untuk mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia yang kompleks.
Demikianlah, semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan pelajaran berharga kepada orang-orang yang taat dan takut kepada-Nya.
Wallahua’lam
bissawab.
[1] Maksudnya:
orang yang sempurna imannya.
[2] Dimaksud
dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.
[3] Tuhan
menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai
isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[4] Takwa
Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup
diartikan dengan takut saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar